Kamis, 21 Juni 2012

mendeskirsikan bunyisegmental dan MENGKELASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL


MAKALAH FONOLOGI
Tentang

MENDDESKRIPSIKAN BUNYI SEGMENTAL DAN MENGKLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL

Oleh:
Kelompok  5
HAS’ADRAHMAN ATTAMIMI

UNIVERSITAS SAMAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut  menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting.

  Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental.
Oleh karna itu, dianggap penting untuk mengkaji mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut. Guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimanakah definisi bunyi segmental?
2) Bagaimanakah klasifikasi bunyi segmental?
3) Bagaimanakah bentuk-bentuk deskripsi bunyi segmental?
           
1.3 TUJUAN
1) Mengidentisifikasi definisi bunyi segmental
2) Mengidentisifikasi klasifikasi bunyi segmental
3) Mengidentisifikasi deskripsi (gambaran) bunyi segmental
             

1.4 KERANGKA TEORI
A. PENGERTIAN BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI
1. Muslich, Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi Segmental  ada empat macam
2. Abdul chaer. 2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu.
3. Imam-suhairi . 2009.  Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalnya, dapat disegmentasi menjadi /m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut menunjukkan adanya fonem. Dengan demikian, sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah diuraikan sebelumnya adalah bunyi segmental.


B. Deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia
Muslich, Masnur. 2008.Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai disteribusi dan lingkungan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Bunyi Segmental 
Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa   Indonesia  sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dalam lingkungan.
2.2 Bunyi Segmental
Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi Segmental  ada empat macam
1. Konsonan= bunyi yang terhambat oleh alat ucap 
2. Vokal = bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap 
3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/ 
4. Kluster= dua konsonan yang dibaca satu bunyi.
Contoh Kluster/Konsonan Rangkap 
ng:  yang
ny:  nyonya
kh:  khusus, khas, khitmad,
pr:  produksi, prakarya, proses
kr:  kredit, kreatif, kritis, krisis
sy:  syarat, syah, syukur
str:  struktur, strata, strategi
spr:  sprai
tr  :  tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.
2.3 Klasifikasi Bunyi Segmental
Bunyi segmental terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bunyi vokal yaitu bunyi bersuara yang tidak melibatkan hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir. Bunyi vokal dibedakan berdasrakan tiga faktor pertama, bentuk mulut terbuka atau tertutup misalnya vokal (a) dan (o) adalah vokal terbuka kedua, vokal tertutup yaitu (i) dan (u). vokal-vokal digolongkan:
  Vokal tinggi depan dengan  menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i]. 
  Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/.
b. Bunyi segmental kedua adalah konsonan, Konsonan adalah bunyi bahasa   yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. 
Bunyi konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. 
  Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. 
1. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. 
Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan   /y/. 
2.  Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
  Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
1. konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
2. konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
3. konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
4. konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke   langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.
  Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut: 
1. bunyi letupan [plosive] yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain; 
2. bunyi nasal adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, h];
3. bunyi lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
4. bunyi frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
5. bunyi afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z]; 
6. bunyi getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti  [r] pada jarang.
2.4 Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental
Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam kriteria, yaitu:
1. Ada Tidaknya Gangguan
2. Mekanisme Udara
3. Arah Udara
4. Pita Suara
5. Lubang Lewatan Udara 
6. Mekanisme Artikulasi
7. Cara Gangguan
8. Tinggi Rendahnya Lidah
9. Maju – mundurnya Lidah
10. Bentuk Bibir

BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

            Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.
Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Berbeda dengan nada, tekanandalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tatarankalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tatarankata (leksis). Tidak jauh berbeda dengan tekanan, durasi atau panjang-pendek ucapan dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kalimat.Untuk jeda biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.). Sedangkan Intonasimerupakan kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentianterakhir yang berarti unsur-unsur ini memiliki keterkaitan satu sama lain.

SARAN           

Adapun yang dapat penulis sarankan agar kita bisa memahami lebih jauhbagaimana peran dan kiprah bunyi-bunyi suprasegmental adalah dengan carakita harus bisa membedakan unsur-unsur suprasegmental tersebut dalamtuturan bahasa Indonesia dimana unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitansatu sama lain.


DAFTAR PUSTAKA


1.      Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
2.      Samsuri. 1982. Analisis Bahasa : Memahami Bahasa Indonsia Illmiah. Jakarta: Erlangga
3.      http://imam-suhairi.blogspot.com/2009/09/materi-kuliah-pbs-fonologi.html